Sabtu, 23 Juni 2012

Tuhan Memakai Jalan Buntu untuk Membangun Iman Kita


Shalom! Guys, admin lagi bermasalah nih hehe.. Masalah yang lumayan memusingkan, tapi Tuhan bicara banyak loh lewat masalah ini. Mau share nih… tapi sebelumnya, siapkan hati kita dulu, ambil beberapa detik saat untuk kalian berdoa dan jangan lupa siapkan alkitab ya! Siaaapp?? Get ready,… yaap!! Start!

Mari kita buka 2 Korintus 1:8-9. sudah belum? Admin ketikin deh nih untuk kalian, supaya mempermudah kalian membacanya :D
 2 Korintus 1:8-9 “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.”

Ketika pengejaran mimpi kita memburuk dari sulit menjadi tidak mungkin, ketika situasi terlihat sepertinya tidak ada harapan, Selamat ! kita berada di dalam jalur yang sama dengan para pejuang iman lainnya :D hehehe that’s sound freak, perhaps? Hold on guys, let me explain…

Kalian tahu dong tentang Paulus?? Nah, dari ayat diatas kita tahu, bahkan Paulus juga mengalami jalan buntu: “… Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (2 Korintus 1:8-9)

Jika Tuhan dapat membangkitkan orang mati secara fisik, Dia bisa membangkitkan orang yang mati secara emosional. Dia bisa membangkitkan pernikahan yang mati. Dia bisa menghidupkan kembali karier yang mati. Dia dapat membangkitkan kita dari masalah kesehatan. Jika Tuhan dapat membangkitkan orang mati, Dia bisa melakukan apa saja.

Dalam situasi Abraham, Tuhan berkata, “Aku ingin kamu menjadi Bapa bangsa yang besar,” tapi kemudian Abraham harus menunggu sampai dia berusia 99 tahun sebelum dia memiliki anak. Alkitab menunjukkan situasi Abraham berubah dari sulit menjadi mustahil. Dia melihat pada dirinya dan berkata, “Tidak!” Lalu dia melihat istrinya dan berkata, “Lebih tidak mungkin!”

Tapi Sarah akhirnya hamil dan mereka tertawa mengenai hal itu. Ketika bayi lahir, mereka menamainya Ishak, yang berarti tertawa.

Nah kan, lihat kan dari contoh diatas? udah mulai ngerti belum nih guys?? Jadi gini… Tuhan tuh seringkali mengijinkan masalah berubah menjadi kemustahilan. Para murid berencana untuk mengikuti Yesus. Mereka mengira Dia adalah Mesias, tapi kemudian hal berikutnya yang mereka tahu adalah Yesus tergantung di salib, sekarat. Apakah ini jalan buntu bagi para murid? Selama tiga hari rasanya seperti itu, tapi kemudian Yesus berjalan keluar dari kubur.

Ketika kita menghadapi jalan buntu, kita mungkin mulai bertanya, “Apa yang terjadi, Tuhan? Apakah saya telah keluar dari kehendak-Mu? Rencana-Mu? Apakah saya telah melewatkan visi dari-Mu?” Perlu diingat bahwa jalan buntu merupakan bagian dari rencana Allah bagi kita :D

Apa jawaban terbaik bagi jalan buntu?
“Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi” (2 Korintus 1:10)

So, we’ve learn that : Jalan buntu dapat menjadi bagian dari rencana Allah untuk menyatakan mujizat-Nya dalam kehidupan kita :D semangat guys, dalam setiap perkara pasti ada tangan Tuhan turut campur tangan, AMIN! Semangat guys! You’re not alone, cause Jesus is beside you!

Ingat guys, kita ketemu ya di Kapel Tiberias Cinere, pada KKR ibadah kaum muda BOANERGES, tiap sabtu jam 5 sore :D see you there… ditunggu loh kedatangannya! Jangan lupa dateng loh ya! Tuhan Yesus hadir soalnya, jadi rugi banget buat kalian yang ngga dateng :D

Nantikan postingan selanjutnya ya! Tuhan Yesus memberkati :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar